Kamis, 29 September 2011

Pentingnya penggunaan bahasa indonesia dalam kehidupan masyarakat


Bahasa merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka wawasan bangsa (khususnya pelajar dan mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Pada umumnya, negara maju mempunyai struktur bahasa yang sudah modern dan mantap.
Pemodernan bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting. Di Jepang,  misalnya, usaha pemodernan bahasa Jepang yang dirintis sejak restorasi Meizi telah mampu menjadi katalisator perkembangan ilmu dan teknologi di Jepang. Dengan pemodernan bahasa, semua sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dengan cermat sehingga wawasan berpikir bangsa Jepang dapat dikembangkan secara intensif lewat usaha penerjemahan secara besar-besaran.

Gagasan tersebut telah mendorong usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan. Usaha pemodernan ini telah ditandai dengan dibentuknya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan diterbitkannya buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Walaupun publikasi tersebut belum secara tuntas menggambarkan aspek kebahasaan yang diharapkan, publikasi tersebut memberi isyarat bahwa untuk memantapkan kedudukan bahasa Indonesia perlu ada suatu pembakuan baik dalam bidang ejaan maupun tata bahasa. Pembakuan ini merupakan suatu prasyarat untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan. Publikasi itu merupakan salah satu sarana untuk menuju ke status tersebut.
Kita memaklumi bahwa bahasa Inggris yang kita kenal sekarang memang dapat dikatakan mempunyai ejaan dan struktur bahasa yang baku. Oleh karena itu, bahasa tersebut telah mencapai status untuk digunakan sebagai bahasa keilmuan. Tentu saja kedudukan semacam itu tidak terjadi begitu saja. Bahasa tersebut telah mengalami pengembangan dan perluasan dalam waktu hampir tiga abad untuk mencapai statusnya seperti sekarang. Status yang demikian akhirnya juga menjadi sikap mental bagi pemakai dan penuturnya. Artinya, kesalahan dalam penggunaan bahasa baik tata bahasa maupun ejaan (spelling)merupakan suatu kesalahan yang dianggap _tercela_ dan memalukan apalagi di kalangan akademik. Sudah menjadi kebiasaan umum dalam penilaian pekerjaan tulis pelajar dan mahasiswa di Amerika bahwa salah eja akan mengurangi skor pekerjaan tulis tersebut. Hal seperti itu dapat terjadi karena pemilihan ejaan didasarkan pada kaidah yang baku dan bukan didasarkan atas selera pemakai. Bandingkan dengan keadaan di Indonesia khususnya di kalangan profesional dan akademik.
Kesadaran akan adanya pedoman yang baku mencerminkan bahwa masyarakat mempunyai mentalitas untuk mengikuti apa yang menjadi ketentuan atau kesepakatan bersama. Memang dalam setiap ketentuan yang baku selalu ada penyimpangan. Akan tetapi, penyimpangan tentu saja diharapkan sangat minimal. Bila penyimpangan lebih banyak daripada ketentuan yang baku berarti ketentuan baku tersebut praktis tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam kehidupan sehari-hari, bila kebijaksanaan lebih banyak dari ketentuan yang telah digariskan, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Bila dalam kehidupan bermasyarakat lebih banyak kebijaksanaan (yang berarti penyimpangan) dari-pada ketentuan hukum yang berlaku maka kepercayaan masyarakat terhadap hukum menjadi berkurang dan akhirnya masyarakat lebih mempercayai atau menganut jalan simpang. Oleh karena itu, semboyanbahasa menunjukkan bangsa sebenarnya bukan sekadar ungkapan klise melainkan semboyan yang mempunyai makna filosofis yang sangat dalam. Sikap masyarakat terhadap bahasa barangkali dapat dijadikan indikator mengenai sikap masyarakat dalam hidup bernegara. Mungkinkah perilaku dalam penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini merupakan refleksi sikap mental kita yang selalu mengharapkan kebijaksanaan (baca: hak istimewa, prioritas, penyimpangan, atau pengecualian terhadap hukum) daripada mengikuti ketentuan yang berlaku?
Begitu juga dalam hal ragam bahasa dalam konsep ilmiah yang menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, seperti karya tulis dan alporan penelitian  harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Ragam bahasa terdiri atas dasar media/sarana, penutur, dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulis. Atas dasar penuturnya, terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan takresmi. Dari segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga, jurnalistik, dan sastra.
Ragam bahasa dalam konsep ilmiah hendaknya mengikuti ragam bahasa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna karena ragam bahasa ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa dalam konsep ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu:
  1. Bermakna isinya
  2. Jelas uraiannya
  3. Berkesatuan yang bulat
  4. Singkat dan padat
  5. Memenuhi kaidah kebahasaan
  6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
  7. Komunikatif secara ilmiah
Aspek komunikatif (keefektifan) hendaknya dicapai pada tingkat kecanggihan yang diharapkan dalam komunikasi ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah tidak selayaknya membatasi diri untuk menggunakan bahasa (struktur kalimat dan istilah) popular khususnya untuk komunikasi antarilmuwan. Karena makna simbol bahasa harus diartikan atas dasar kaidah baku, karya ilmiah tidak harus mengikuti apa yang nyatanya digunakan atau popular dengan mengorbankan makna yang seharusnya. Bahasa keilmuan tidak selayaknya mengikuti kesalahkaprahan.
Pemenuhan kaidah kebahasaan merupakan ciri utama dari bahasa keilmuan. Oleh karena itu, aspek kebahasaan dalam karya ilmiah sebenarnya adalah memanfaatkan kaidah kebahasaan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat. Kaidah ini menyangkut struktur kalimat, diksi, perangkat peristilahan, ejaan, dan tanda baca.

Benarkah bahasa mempengaruhi kehidupan manusia


Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang Bahasa. Yang akan dibahas pertama-tama diantaranya adalah fungsi bahasa, peranan bahasa, ragam bahasa serta eyd & tanda baca di Indonesia. Namaun ada 2 poin penting lagi yang akan saya bahas di bagian akhir dari tulisan ini. 2 poin penting tersebut adalah “Apakah bahasa dapat mempengaruhi kehidupan manusia ?” dan “Pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat
  • Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa menurut Mahmudah dan Ramlan (2007:2-3) adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa juga menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku seseorang.
Tokoh lain yaitu Gorys Keraf (2001:3-8) menyatakan bahwa ada empat fungsi bahasa, yaitu:
1.  Alat untuk menyatakan ekspresi diri
Bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita,  sekurang kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita.
2.  Alat komunikasi
Bahasa merupakan saluran perumusan maksud yang melahirkan perasaan dan memungkinkan   adanya kerjasama antar individu.
3.  Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa merupakan salah satu unsure kebudayaan yang memungkinkan manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman tersebut, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.
4.  Alat mengadakan kontrol sosial
Bahasa merupakan alat yang dipergunakan dalam usaha mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa juga mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi  suatu masyarakat.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bahasa mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem lambing bunyi yang arbitrer
2. Alat komunikasi
3. Simbol bunyi yang memiliki arti serta makna
4. Digunakan oleh masyarakat untuk beriteraksi

  • Peranan Bahasa
Sedangkan peranan bahasa adalah sebagai bahasa pemersatu (bahasa nasional) bangsa. Tanpa bahasa Indonesia, mungkin bangsa Indonesia bisa kehilangan jati dirinya. Bahasa memainkan peranan yang penting untuk berkomunikasi di dunia ini. Teknologi informasi ialah satu-satu alat yang penting untuk masyarakat berkomunikasi dalam pelbagai bahasa. Salah satu perbezaan antara manusia dan haiwan ialah cara komunikasi.
  • Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
  • Hal-hal yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa :
Menurut Dendy sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
  • Penerapan ragam bahasa resmi berdasarkan medianya :
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa menurut media atau sarananya terdiri atas :
> Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
> Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
  • EYD & Tanda Baca
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.
Ternyata ada perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya, yaitu:
* ‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
* ‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
* ‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → saying
* ‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
* ‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
* ‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
* awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, “oe” sudah tidak digunakan.
Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis. (Wikipedia)
Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:
- Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka
- Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
- Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui oleh khalayak.
-  Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
-  Tanda (“…”) petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam naskah drama.
- Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
-  Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
-  Tanda blindov cantik (b) berfungsi dipegang.
- Tanda (…-…) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai.
-  Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

Setelah membahas tentang Bahasa, selanjutnya saya akan membahas dua poin penting yang di awal tadi saya sudah beritahu. Oke tanpa banyak bertele-tele lagi langsung saja kita bahas.